Bekasi, 29 Maret 2011
Hari ini, entah apa
yang ku pikirkan. Hanya bayang-bayang kenangan yang menghantuiku. Dan
belakangan ini selalu bayang kalian yang muncul. Aku ingin mengulang kisah kita
yang lalu.
Masih ingatkah kawan?
Pertama kali kita bertemu, kita tak tau tepatnya kapan. Namun entah mengapa
semua berjalan begitu saja dan tanpa kita sadari kita menjadi sahabat meski tak
ada ucapan perjanjian yang kita ikrarkan. Aku sangat menikmati masa itu, ketika
kita semua tertawa bersama tanpa beban. Ketika kita semua memikul beban bersama
dengan senyum yang tegar. Saat itu, tak pernah muncul di benakku bahwa suatu
hari nanti kita akan berpisah.
Kawan, beberapa hari
yang lalu baru saja ku lewati hari ulang tahunku. Aku telah meninggalkan tahun
bersama kalian dan aku akan menjalani tahun yang baru entah dengan kalian lagi
atau orang lain. Ah, aku teringat dengan kejadian satu tahun yang lalu bersama
kalian, kawan.
Hari itu, hari Sabtu,
beberapa hari setelah hari ulang tahunku. Biasanya di hari Sabtu kita selalu
berkumpul bersama. Bercanda-canda puas setelah melewati lima hari dengan
pelajaran di sekolah. Namun, entah mengapa di hari itu kita tak berkumpul
bersama. Dan yang membuatku kecewa, ternyata kalian pergi bersama tanpa
mengajakku.
Aku kesal. Aku tak
ingin bicara dengan kalian saat kalian pulang nanti. Yaa, dan itu ku buktikan
saat kalian telah pulang dan menghampiriku. Aku ‘ngambek’ dengan kalian.
Berbagai bujuk rayu telah kalian berikan padaku. Jujur saja, sebenarnya saat
itu ketika telah melihat candaan kalian rasa kesalku telah hilang ̶ yaa, aku ini tipe orang yang mudah ‘ngambek’
namun mudah luluh juga. Namun saat itu aku tetap cuek dan tidak mau bicara
dengan kalian.
Hey, tapi pada
akhirnya kalian berhasil juga membujukku. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja
kalian mengeluarkan sebuah kotak dengan kertas kado yang melapisinya. Aaa, aku
tak tau bahwa kalian pergi hari itu untuk membelikanku hadiah untuk hari ulang
tahunku. Terima kasih, kawan. Aku takkan pernah lupa akan ‘hadiah’ kalian di
hari itu :)
Namun hal itu sudah
terjadi satu tahun yang lalu. Entahlah kalian masih mengingatnya atau tidak.
Tapi, yang penting kalian harus selalu mengingatku, haha.
Satu hal lagi yang
begitu ku ingat.
Hari itu, hari Rabu di
bulan Juni. Hari itu dua hari sebelum aku putus dengan (mantan) pacarku dan di
hari itu aku mempunyai masalah dengannya. Entah mengapa, beberapa minggu
sebelumnya perasaanku selalu mengatakan bahwa tak lama lagi aku akan putus
dengannya. Entah hanya sugesti atau apa aku tak tau, sebab pada bulan itu adalah
‘musim putus’, banyak temanku yang putus di bulan itu. Beruntungnya, Ujian
Akhir Semester telah berakhir dan aku sendiri tidak mewakili kelasku dalam
class meeting tahun itu. Jadi, masalah itu tak akan mempengaruhi apa pun yang
ada di sekitarku, kecuali hatiku.
Saat, itu aku sedang
mengobrol bersama temanku yang berbeda kelas. Saat itu aku juga sedang ber-SMS-an
dengan (mantan) pacarku, karena hari itu dia tidak masuk sekolah. Handphone-ku
bergetar, dan aku terdiam sesaat setelah membaca isi pesan darinya. Saat itu
aku tak tau apa yang harus ku lakukan dan aku tak tau kata-kata apa yang harus
ku ketik untuk membalas pesannya. Aku berdiri, meninggalkan tempat itu setelah
aku meminta maaf pada temanku itu karena harus meninggalkannya sendiri. Aku
membutuhkan sahabat-sahabatku. Aku benar-benar membutuhkan kalian.
Entah memang hari itu
hari sialku atau apa, tak juga ketemukan satu pun dari sahabatku di mana pun.
Aku segera menuju UKS, tempat pelarianku. Tentu saja bukan tempat pelarian dari
pelajaran, tapi tempat di mana aku ingin mencurahkan segala yang aku rasa.
Namun, mungkin memang hari itu adalah hari sialku. Meski di UKS ada kalian,
namun banyak juga orang lain di tempat itu. Aku ingin segera menghampiri kalian
dan menangis saat itu juga. Tapi saat itu banyak adik kelasku dan aku tak ingin
mereka bertanya ‘kenapa’, karena aku tak tau apa yang harus ku jelaskan.
Aku masih berdiri di depan
pintu UKS sambil menatap seisi UKS dengan menahan rasa tangisku. Aku kembali ke
luar, mencari tempat sepi. Di tempat duduk depan UKS, aku terdiam. Berusaha
menahan tangisku, tapi percuma. Aku kembali ke UKS. Terduduk di pojok UKS, di
balik sebuah meja, di antara potongan-potongan gabus, bekas membuat gapura
untuk expo beberapa minggu yang lalu. Aku menangis sejadi-jadinya ditemani
‘mereka’ dalam diam dan kebisingan di luar sana.
Salah seorang dari
kalian menyadari keberadaanku di pojokan itu. Kalian berusaha menenangkanku dan
bertanya ada apa denganku saat itu. Aku tak bisa menjawab, aku tak tau apa yang
harus ku jelaskan saat itu. Hanya bisa menangis dan mendengarkan apa yang
kalian ucapkan.
Kalian. Kalian yang
membuatku tersadar. Kalian yang membuatku mengerti. Dan kalian yang membuatku
tenang dan menghentikan tangisku. Aku paham. Meski setelah hari itu aku menjadi
paranoid dengan bulan di mana banyak pasangan yang baru memulai kisahnya di
bulan itu. Karena saat itu aku jadian dengan (mantan) pacarku di bulan ‘musim
pacaran’ dan putus di bulan ‘musim putus’. Aku selalu berpikir negatif tentang
sosok laki-laki. Aku tak ingin mempercayai kata-kata mereka lagi. Mengapa?
Sebab aku tak ingin mengulang hal yang menurutku adalah ‘hal bodoh’ itu.
Hari itu, belum
berakhir begitu saja. Hujan yang turun saat itu, membuatku ingin bermain-main
bersama dengan air yang turun itu. Padahal tadi pagi langit masih cerah dan
menampakkan warna birunya yang indah. Aku bersama salah seorang di antara
kalian nekat basah-basahan bermandikan air hujan. Meski saat itu hujan tidak
begitu deras, namun seragam kami saat itu cukup basah. Kalian ̶ kecuali seseorang yang bermain hujan
bersamaku ̶ telah memperingatkan kami. Namun aku
tetap tenang saja, sebab selama ini (Alhamdulillah) aku tidak pernah sakit
setelah bermain dengan hujan.
Hari itu aku sangat
bahagia meski di sisi lain aku juga sangat sedih. Aku bahagia karena aku masih
memilki kalian meski tak ada dia. Aku bahagia telah memiliki kalian. Namun aku
juga menyesal, karenanya terkadang aku lupa bahwa aku memiliki kalian.
Ingatkah kalian?
Seminggu setelah hari itu, sebuah masalah menjadi penyebab rusaknya
persahabatan kita.
Hari itu, aku tak tau
apa yang ku rasakan. Aku tak tau aku harus berpihak pada siapa. Aku tak tau
siapa yang benar di antara kita. Aku tak tau apa yang harus aku katakan pada
saat itu. Di ‘pertemuan’ itu aku takut bahwa setelah kita berkumpul, semua akan
berubah dan esok tidak akan sama seperti hari kemarin.
Saat itu, ku
tinggalkan sebentar kalian ke UKS untuk menemani temanku yang katanya dia ingin
menemani pacarnya yang sakit. Aku meminta waktu sebentar dari kalian walau
sebenarnya kalian dengan setengah hati membiarkan aku pergi di tengah
perbincangan itu. Di UKS aku hanya terdiam menatap temanku yang sedang
mengobrol berdua dengan pacarnya itu. Sepintas muncul rasa iri pada temanku
itu, namun dengan cepat aku buang rasa itu.
Aku menatap ke atas,
berharap semoga kalian belum pergi dari tempat itu. Karena aku bosan menunggu
temanku itu sendirian, aku kembali ke tempat itu setelah pamit pada temanku.
Tempat itu, tempat perbincangan itu terjadi. Begitu aku sampai di sana, salah
seorang dari kalian telah ‘hilang’ dari tempat itu. Hal yang ku takuti pun
akhirnya terjadi.
Aku sangat menyesal
akan hari itu. Aku menyesal mengapa harus ada hari itu. Aku menyesal mengapa
hal itu harus terjadi. Ah, tapi apa gunanya penyesalan, toh semua telah terjadi
dan hancur.
Namun di hari esok, kita
kembali menjalankan hari-hari seperti biasanya meski tanpa seseorang di antara
kita. Terasa berbeda dan tak seperti biasanya. Namun mau bagaimana lagi, hidup
harus tetap berjalan meski semua telah berubah.
Dan ingatkah kalian?
Hari itu, dua hari
yang penting untuk kita (mungkin jika kalian masih ingat). Yang ku ingat hari
itu, satu hari setelah lomba Pramuka yang ku ikuti dan hari yang satu lagi
adalah satu hari sebelum memasuki bulan Ramadhan. Kedua hari itu, hari yang
benar-benar aku sesalkan. Hari yang benar-benar ingin aku hapus.
Kejujuran terkadang
menyakitkan. Terkadang membuat sesuatu menjadi berubah. Terkadang dapat
menghancurkan sesuatu. Tapi terkadang kejujuran adalah sebuah pilihan yang
terbaik di antara pilihan-pilihan yang lain meski dengan resiko yang menyakitkan.
Aku hanya dapat
berkata maaf kepada kalian. Harusnya aku dapat mencegah semua itu. Maaf, aku
membawa kalian pada perjalanan yang sulit.
Dan beberapa bulan
setelah itu, hari Sabtu. Maaf. Hanya kata itu yang dapat ku ucapkan untuk
kejadian di hari itu. Maaf, saat itu aku tak tau harus bagaimana ku ungkapkan
perasaanku. Saat itu aku tak tau siapa yang harus ku cari. Saat itu tak ada
seorang pun yang masih terjaga di malam selarut itu.
Maaf, aku membawa
kalian pada akhir yang buruk. Maaf, aku menyebabkan semua ini hancur. Maaf, aku
tak dapat mengerti perasaan kalian. Maaf, aku telah berlaku egois.
Lima menjadi empat.
Empat menjadi tiga. Tiga menjadi dua. Dan mungkin dua akan menjadi satu.
Beberapa bulan lagi
semua akan benar-benar menjadi ‘satu’. Bukan bersatu, namun menjadi seorang
diri. Dan di sisa waktu ini, aku ingin kita kembali berkumpul. Aku ingin kita
kembali tertawa bersama. Dan aku ingin kembali melihat senyuman kalian.
Kalian tau ini apa?
Ini barang intel! *Maaf bercanda sedikit hehe*
Ini hanya sepenggal
kata untukmu, kawan. Aku tak tau apakah kalian masih ingat dengan hari-hari
itu, hari yang telah kita lewati bersama. Tak apa meski kalian telah lupa,
namun aku akan tetap selalu menyimpan itu di memori otakku yang (sepertinya)
hanya 512 MB ̶ ya, sebab aku ini orang yang pelupa, jadi ku
pikir memori otakku begitu kecil, haha. Ah, tenang saja. Aku baru saja menambahkan
memori yang baru untuk menyimpan kenangan-kenanganku yang lain, haha.
Kata terakhir untukmu,
kawan. Maaf, telah berlaku salah dalam hidupmu. Dan terima kasih karena kalian
telah menggoreskan ‘tinta’ kalian pada ‘lembaran’ hidupku :)
Iseng~
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar