Siapa Kalian?

*Lama ga blogging menyebabkan stuck berkepanjangan di depan layar putih*

Cukup lama juga sih ninggalin halaman ini. Awalnya sempet pengen mulai ngeblog lagi dengan bikin blog baru (ceritanya mau memulai dari awal, ea...). Sayangnya masih wacana, mungkin kelak akan terealisasi (semoga).

Salah satu faktor yang ngebuat aku mulai meninggalkan aktivitas nulis ini karena masih buruknya manajemen waktu, khususnya setelah penjurusan. Yang dulunya hobi nulis puisi dan sejenisnya, harus teralihkan jadi nulis jurnal dan laporan *cry*. Ya ya ya, aku gapapa kok aku gapapa. Alhasil setelah sekarang dihadapkan dengan selembar halaman putih (bukan halaman laporan), harus melewati tahap bengong dulu.

Tapi ku senang bisa nge-blog lagi meskipun gatau mau nulis apa, yeay! Selama ini udah terlalu rindu sama bahasa-bahasa puitis. Udah terlalu kangen ngeluapin apa yang dirasain lewat tulisan. Rasanya setelah semester 3 menyapa dengan 17 SKS rasa 34 SKS (ini hiperbolis sih), beberapa kali nemuin titik jenuh. Jenuh karena merasa terkurung di siklus yang gitu-gitu aja. Tiap weekend ngejurnal dan ngelaprak, Senin-Selasa praktikum, beres itu masih ada tanggungan jurnal dan laporan lagi. Rasanya weekend ga terasa weekend. Di titik jenuh itu antara ingin istirahat dan ingin main. Bingung mesti gimana. Butuh keduanya buat ngilangin rasa stress. Rasanya ingin banget sehari bener-bener full ga ada gangguan apapun. Cukup diem, main-main sama kuas dan pena, bobo, makan, nonton film, daaaan lain-lain. Huahaha :"

Puncaknya bener-bener merasa kepayahan banget itu ketika masih ngikutin rangkaian MPAB himpunan. Masa-masanya masih harus adaptasi sama suasana akademik baru, adaptasi sama laboratorium yang jadi tempat bernaung 8 jam sehari. Pusing nyusun proposal lomba. Belum lagi unit yang saat itu juga lagi butuh uluran tangan. Bingung, stress, ga bisa main, belum nemu lingkaran nyaman sendiri. Alhasil malah menarik diri dari teman-teman, menarik diri dari kewajiban ini-itu.

Di masa-masa cukup stress begini, kadang jadi lupa mimpi dan tujuan yang mau dicapai. Lupa kalo kehadiran di sini ingin membawa perubahan. Tapi malah ga bisa mengubah diri sendiri. Padahal segala sesuatu berawal dari hal-hal mikro dulu. Padahal kalo mau membawa perubahan harus menjadi teladan dulu. Padahal kalo mau membawa perubahan harus berani menegur kesalahan. Tapi saat ini untuk memulai langkah awal diri sendiri pun masih belum berani ambil risiko.

Lalu diam.
Lalu apatis.
Lalu jadi massa yang ga ingin peduli dengan ini-itu.
Lalu jadi massa yang ga mau tau kondisi lingkungan.

Lalu....










Sampe kapan begini terus?
Nyatanya, lari juga ga bisa menyelesaikan masalah. Apatis ternyata juga ga bisa bikin hati tenang.

Di sisi lain, aku tau aku harus begini aku harus begitu. Aku harus bisa atur waktu dengan baik. Kapan harus gawe, kapan harus istirahat. Kapan waktu untuk orang lain, kapan waktu untuk diri sendiri. Aku harus bisa mengolah pikiran, mana-mana aja yang penting yang harus didahulukan untuk dipikirkan. Aku harus bisa menata perasaan. Ya, semua jawaban atas kepayahan aku saat itu sebenernya udah ada. Cuma... aku masih kurang modal. Ga ada dasar yang kuat, ga ada hati yang mantap.

Ada satu detik ketika aku masih tetap mau bertahan saat itu. Detik ketika aku melihat bahwa yang susah payah merangkak itu masih banyak. Banyak juga yang jatuh tapi masih kuat untuk bangkit lagi. Detik ketika aku sadar kalau ternyata banyak orang-orang di sekitarku yang rela memberikan kasih sayangnya untuk aku. Mereka, yang masih mau peduli meskipun selama ini aku masih sering lupa untuk peduli.

Ada satu waktu ketika sahabatku merangkul. "Semua baik-baik aja sayang. Kamu cuma butuh waktu sendiri, kamu butuh waktu buat merenung, nenangin diri."

Ada satu pelajaran yang aku dapat dari pengalaman seseorang. "Pemenang itu bukan sekadar mereka yang selalu menang, tapi mereka yang mau belajar dari ketidakmenangannya."

Ya, perubahan itu ga semata-mata terjadi dalam satu kedipan mata. Sementara untuk memantapkan langkah awal juga butuh waktu sendiri. Setiap orang punya waktunya masing-masing. Ya, kadang aku juga malah menekan diri sendiri, "Kenapa kamu masih di sini aja? Kenapa kamu lambat?" Ada hal yang terlupa kala itu, bahwa diri sendiri juga butuh dihargai oleh diri sendiri.

Apapun posisi di dalam perubahan itu sendiri, baik yang menjadi teladan maupun yang meneladani harus punya jiwa yang sama: sama-sama peduli dan ingin berubah. Ada satu hal yang baru aku sadari setelah membaca suatu postingan yang muncul di timeline LINE, negeri kita punya sosok teladan yang banyak, tapi kekurangan sosok yang mau meneladani. Dalam Kota Bandung sendiri contohnya, kita punya sosok walikota yang kesehariannya selalu mengajak pada kebaikan. Beliau selalu mencontohkan hal-hal baik. Tak jarang pula beliau turun langsung, membersihkan sampah-sampah yang berserakan di taman sebagai bukti kepeduliannya terhadap lingkungan. Tapi apa yang justru dilakukan oleh masyarakat? Mereka cuma berdecak kagum akan loyalitas pemimpin mereka tanpa aksi. Aksi yang dilakukan hanyalah ambil gadget dan update dengan foto bapak walikota yang rela turun langsung. Di mana jiwa-jiwa yang seharusnya mengikuti contoh yang baik?

Jangankan kota Bandung, terkadang aku juga merasa adanya hal seperti itu di dalam kampus sendiri.

Jadi ini salah siapa? Pemimpinnya? Atau orang-orang yang dipimpin? Apa memang benar kalau kita krisis keteladanan? Jadi siapa yang harus dididik? Pemimpinnya? Atau orang-orang yang (tidak mau) dipimpin?

Saat itu aku tersadar, hal yang terpenting dari perubahan bukan sekadar menjadi teladan yang baik, tapi menjadi pribadi yang mau meneladani hal-hal baik.

Anyway, judul dari postingan ini mungkin emang ga nyambung. Tapi aku cuma mau dari judul ini, kita, khususnya aku, merenung, "Siapa aku ini?", karena setiap diri dari kita itu berharga. Setiap diri dari kita itu punya potensi pentingnya masing-masing. Setiap diri dari kita harus sadar, bahwa menjadi teladan atau menjadi yang meneladani, kita harus tetap punya modal yang baik.


Bandung
-Nna-

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 comments:

Posting Komentar