Goresan Pensil dan Pulpen dalam Lembar Kehidupan

Cukup lama ga buka blog tersayang ini. Padahal niatnya mau aktif ngepost seminggu sekali, tapi lagi-lagi terabaikan karena tugas yang numpuk -_-

Mmmm....sedikit bingung, mau berkisah pake bahasa sehari-hari atau bahasa formal. Biasanya gue kalau mulai menuangkan isi pikirin, lama-kelamaan secara ga sadar jadi pake bahasa formal. Tapi agak ga enak juga ya kalo pake bahasa formal, terkesan kaku. Sebelumnya gue ingetin aja nih, mungkin nanti terkesan aneh kalo diujung nanti gue tau-tau berbahasa formal. Gue sering banget begitu, suka lupa -_-

Yak, sehubungan dengan judul yang gue berikan untuk postingan kali ini, gue akan bercerita tentang hubungan pensil dan pulpen dalam kehidupan gue. Gue akan bercerita tentang masa lalu gue, dulu ketika gue mulai belajar menulis.



Waktu itu umur gue sekitar 4 tahunan. Sebelum belajar menulis, gue belajar membaca. Nyokap gue sendiri yang ngajarin. Gue ga pernah 'mencicipi' belajar, bernyanyi, dan bermain bersama di TK. Begitu gue udah bisa baca, gue diajarin nulis. Pertama kalinya gue megang pensil buat nulis.

Yang gue inget waktu itu, setelah gue lancar baca, gue mulai baca komik. Dulu sering banget baca komik 'Doraemon'. Gue juga sempet iseng baca komik 'Detective Conan' tapi ga ngerti....dan gue tetep maksain baca. Cerita pertama yang gue baca setelah itu adalah cerita buatan kakak gue sendiri. Kebetulan kakak gue punya hobi berkarya sastra. Waktu itu kakak gue masih SMP dan kira-kira umur gue 5 tahun, gue masih duduk di kelas 1 SD. Waktu itu karena gue emang pulang lebih cepet, iseng gue baca-baca karya kakak gue waktu dia belum pulang dari sekolah.

Setelah baca karya kakak gue, gue jadi terinspirasi untuk menulis sebuah cerita. Waktu itu gue juga dipengaruhi dari komik yang gue baca. Sebagian besar jalan ceritanya meniru dari cerita kakak gue dan komik tersebut, ya namanya juga masih awal. Yang gue inget dari hasil karya pertama gue itu, gue bikin nama tokoh panjangnya sampe satu baris buku tulis. Terus yang gue inget juga, waktu itu gue nyebutin 'Ia berjalan kaki ke sekolah karena jarak dari rumah ke sekolahnya itu tidak terlalu jauh, hanya sekitar 5 km'. Ya kira-kira intinya begitu. Betapa polosnya gue jaman dulu, 5 km kok dibilang deket -_-

Yaa, balik lagi ke pensil. Selama duduk di bangku SD, guru gue selalu membiasakan anak muridnya nulis pake pensil. Dulu kalau nulis pake pulpen dibilang gaya-gayaan. Mungkin waktu itu beliau memudahkan anak muridnya supaya kalau ada kesalahan bisa dengan mudah dihapus. Mungkin juga karena dulu tangan anak SD masih iseng, takutnya bocah-bocah SD nyoret-nyoret dinding, meja, dsb, dan kalau dibiasakan nulis pake pensil kan bisa lebih mudah dihapus kalau penyakit isengnya kumat. Alhasil, karena gue terbiasa nulis pake pensil selama 6 tahun, akhirnya gue jadi ga bisa lepas dari pensil.

Begitu SMP, beberapa guru mulai mengharuskan muridnya nulis pake pulpen khususnya waktu ulangan. Tapi terkadang masih diberi toleransi. Karena masih terbiasa juga nulis pake pensil, gue sepanjang SMP tetep nulis pake pensil, kecuali disuruh guru nulis pake pulpen waktu ulangan.

Dan sekarang, gue udah jadi siswi SMA. Sebagian guru mengharuskan muridnya nulis pake pulpen. Ga ada toleransi bagi yang nulis pake pensil waktu ulangan. Malah ada juga guru yang mengharuskan tulisan si murid ga boleh ada kesalahan, maksudnya ga boleh ada coretan atau 'tambalan'. Tapi untuk catatan dan latihan, gue tetap setia sama pensil. Pertama, lebih mudah dihapus. Kedua, kalau ada kesalahan ga terlalu keliatan bekas hapusannya. Ketiga, tulisan gue lebih bagus kalo nulis pake pensil, haha :D

Nah terus apa hubungannya masa lalu gue sama apa yang gue pikirkan saat ini? Gue akan mulai menggenangi postingan kali ini dengan apa yang terpikir di otak gue.

Jadi, sehubungan dengan bertambahnya usia, mulai dibiasakan nulis pake pulpen yang lebih 'permanen' daripada pensil. Waktu SD, masih dibiasakan nulis pake pensil karena mungkin bakal ada banyak kesalahan yang terjadi di awal masa pembelajaran anak-anak, dan untuk lebih memudahkan mengatasi kesalahan itu. Ketika SMP, mulai dibiasakan pake pulpen. Waktu SMA, malah dibiasakan nulis tanpa ada kesalahan kata maupun tulisan.

Berdasarkan pengalaman itu, gue jadi terbayang satu hal. Semakin bertambahnya umur kita, semakin kita dituntut untuk sedikit melakukan kesalahan. Waktu kecil mungkin masih diwajarkan kalau melakukan kesalahan. Ditegur atas kesalahannya, dihapus kesalahannya yang lalu, dan diajarkan apa yang baik. Dulu waktu kecil, kesalahan itu ga membekas terlalu jelas. Tapi di sana-sini masih terlihat bekas 'hapusan' dari kesalahan tersebut.

Ketika beranjak remaja, harus mulai berhati-hati dalam bertindak. Satu kesalahan saja, sangat susah untuk menghapusnya. Bahkan tidak dapat dihapus, hanya 'ditambal' dan tambalan itu dapat mengurangi keindahan tulisan. Sangat jelas nodanya terlihat. Sangat jelas kesalahan yang tertutupi tersebut. Pastinya akan selalu teringat akan kesalahan yang telah dilakukan.

Mungkin ketika dewasa nanti, kita diibaratkan menulis dalam lempengan besi dengan tinta emas yang sangat berharga, maka sangat dibutuhkan kehati-hatian saat menumpahkannya, membentuk kisah perjalanan hidup kita. Tak bisa sembarang lagi melakukan sesuatu. Harus ekstra hati-hati dan benar-benar memikirkan apa yang harus dan baik untuk dilakukan.

Kita juga harus pintar-pintar menyiasati agar timbul kesalahan sekecil-kecilnya dan sesedikit-sedikitnya. Ya tentu saja manusia tak lepas dari kesalahan. Tapi kalau ternyata tanpa sengaja melakukan kesalahan besar, jangan merasa rendah dan takut. Mungkin itu teguran agar kita bisa memperbaiki jalan kita yang mulai ke luar dari jalurnya. Bukan pula hidup itu memiliki jalan yang lurus, tapi setidaknya kita tetap bisa mengontrol untuk tetap berjalan di jalur yang tepat bukan?

Sebenernya kalau boleh memilih, gue maunya nulis pake 'pensil' dalam lembaran kehidupan gue. Yaah, tapi mau diapain lagi, inilah tuntutan perjalanan hidup. Mungkin suatu saat nanti gue akan membimbing anak gue 'menulis' dengan 'pensil'nya dalam lembaran hidupnya :)

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

2 comments: