Di Suatu Detik...

Aku mau berbagi cerita tentang apa yang aku alami hari ini. Sebuah cerita sederhana dan pemikiran sederhana, tapi mengambil peran penting dalam jalan cerita kali ini.

Seperti kebanyakan remaja pada umumnya, biasanya 'stress' akan tugas dan ulangan yang bukan lagi menuntut kemampuan tapi nilai. Belum lagi masalah dengan teman, keluarga, atau mungkin yang punya pacar lagi galau karena diabaikan pacarnya. Yaaa, dan aku pun sedang mengalami semua itu.

Ketika ditinggal di rumah sendirian, pengen ke sekolah cepet-cepet ketemu temen. Tapi di sekolah konsekuensinya harus ketemu sama 'orang-orang' yang ngebuat aku banyak-banyak ngelus dada, harus berhadapan dengan sekitar 13-14 mata pelajaran dalam seminggu, harus bersaing dengan mereka-mereka yang haus akan prestasi, dan juga harus tetap 'profesional' menjalani karir sebagai pelajar ini.

Ketika lelah sama rutinitas sekolah yang cukup 'menekan', maunya lari ke rumah, mencari ketenangan di balik lengan ibu atau mencari keteduhan di balik matanya yang berbicara. Tapi.....yang dicari pun lagi ga ada di rumah. Lantas harus lari ke siapa lagi?

Entah kenapa, semenjak 2 minggu yang lalu, aku seperti merasa hidup tapi setengah nyawaku melayang. Berpikir, tapi setengah kesadaranku menghilang. Merasa, tapi setengah hatiku mati. Aneh, apa karena faktor separuh dari hidupku (baca: ibu) juga menghilang? Ngga merasa lelah, tapi seharusnya lelah karena aktifitas yang dijalani semakin meningkat dari sebelumnya. Ngga merasa gundah, tapi seharusnya gundah karena masalah yang dipikul lebih berat dari yang kemarin. Seharusnya sedih, seharusnya letih, tapi entah kenapa seperti disumbang kekuatan entah dari mana. Yang aneh adalah ketika semuanya memuncak, rasanya aku bukan aku. Aku menghilang. Dan aku pun juga bingung akan apa yang aku rasa.

Sama halnya seperti kali ini. Ketika segalanya membuncah, rasanya ingin marah, menangis, teriak, dan berlari. Seolah terlalu lelah berdiam diri dalam kesendirian semacam ini. Tak punya tempat mengungkapkan. Ketika sampai di titik puncak, ingin melampiaskan kepada mereka yang kuanggap tak berperasaan. Namun tentu hal itu bukan jalan yang terbaik.

Tiba-tiba ada seorang teman yang berkata, "Lo bisa menganggap hidup ini lucu, kalo gitu kenapa lo ga mengganggap masalah lo ini lucu?" Aneh, tiba-tiba aku merasa menjadi seperti orang gila. Kadang merasa jadi penonton yang tak merasa terkesima akan pertunjukkan di depannya dan kadang merasa menjadi pemeran utama yang menderita dan disiksa para pemeran lainnya.

Lagi, aku berpikir. Terkadang aku merasa menjadi manusia yang paling menyedihkan di dunia ini, tapi terkadang aku juga menertawakan diriku yang lemah dalam menyikapi masalah. Mungkin 10 tahun kemudian aku akan tertawa lebih keras. Menertawakan diriku yang sedang tenggelam dalam kesedihan semacam ini.

Di suatu detik aku tersadar, ada yang selalu bersedia menemaniku. Ada yang menantiku untuk aku datang menghampiri. Hanya saja aku terlampau sering lupa. Aku tak sendiri. Aku punya Tuhan Yang Maha Besar, Yang Maha Memiliki atas segala sesuatu. Yang memberikanku masalah namun juga yang membantuku menemukan jalan keluar. Dia-lah Rabb-ku, ALLAH SWT.


- Nna -

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

4 comments:

  1. masih ada alloh swt yang selalu setia mendengarkan semua keluh kesah mu

    BalasHapus
  2. kesendirian memang sering kali membuat kita sedih tapi kita tidak perlu meratapi semua itu,kita masih punya alloh yang selalu memperhatikan kita,tetap optimis semua pasti akan indah pada waktunya

    BalasHapus