Potret Sederhana Pendidikan Indonesia

Haaaai! Setelah sekian lama tenggelam dalam tumpukan tugas, akhirnya...gue kembali lagi ke dunia posting-memposting ini :')

Maaf lebay -_- Sebenernya tugasnya juga ga banyak-banyak amat, cuma yaa maklum lah mental pelajar yang paranoid sama kata tugas. Hahahahahahaha. *tawa miris seorang pelajar*

Oke, teman-teman. Sekarang kan udah masuk bulan Mei dan 3 hari yang lalu, tepatnya tanggal 2 Mei, adalah hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara dan juga Hari Pendidikan Nasional. Hayo hayo, siapa yang ga kenal sama pahlawan nasional ke-2 di tanah air ini? Wajah gantengnya dulu pernah menghiasi salah satu sisi uang kertas Rp 20.000,-




Pada kali ini, gue bukannya mau bercerita tentang sejarah HARDIKNAS atau kehidupannya Ki Hajar Dewantara. Tapi gue mau menilik sedikit mengenai pendidikan di Indonesia.

Jaman sekarang, teknologi udah canggih. Bahkan bocah 5 tahun sekarang mainannya ipad. Pendidikan sejak dini menjadi hal penting yang terus diburu oleh para orang tua. Kadang, kalo ngeliat di TV, anak-anak sejak umur balita udah diajarin ini-itu. Tapi sayangnya, itu cuma terjadi di Jakarta. Miris.

Pendidikan di luar kota Jakarta dan luar pulau Jawa itu sangat memprihatinkan. Sedih kalo nonton berita anak-anak kecil yang berjuang demi menuntut ilmu. Mesti bantu orang tua buat ngebiayain sekolah. Selain itu beberapa dari mereka juga mesti melawan rasa takut menyeberangi jembatan yang gak layak dalam perjalanan mereka ke sekolah.


Gak perlu jauh-jauh ke luar pulau, deh. Bahkan di Jakarta aja masih banyak anak terlantar yang gak keurus dan gak pernah menyentuh bangku sekolah. Yang dekat pun belum tersentuh oleh pemerintah. Lagi. Sangat Miris.

Selain itu, gue juga gak setuju sama konsep UN. Pemerintah punya standar dan target yang cukup tinggi, tapi harusnya hal itu juga dibarengi dengan perbaikan fasilitas, penambahan tenaga pendidik, dll di daerah yang masih membutuhkan. Kalau ujiannya disamaratakan, harusnya juga diimbangi dengan perataan fasilitas dan sebagainya.

Gak cuma itu, di kota-kota besar yang sekolahnya dipenuhi dengan berbagai fasilitas dan mudah dalam mengakses ini-itu, justru malah kehilangan nilai moral. Temen gue pernah bilang kalo anak-anak yang bisa bersekolah, mayoritas malah gak mensyukuri nikmat itu. Dia juga berpendapat, bahkan dari sikap gak menghargai guru, mencontek saat ulangan, dsb juga menunjukkan rasa gak bersyukur. Untuk apa kita sekolah kalo cuma buat ngejar nilai dan ujung-ujungnya mencontek? Seolah masa-masa di SD, SMP, dan SMA berlalu gitu aja tanpa ada pelajaran berharga yang bisa diabadikan. Perjuangan kita dan orang tua yang membiayai pun jadi sia-sia dan berakhir tanpa sisa.

Jadi, yang ingin gue sampaikan di sini, bagi para pelajar yang mendapat kesempatan untuk bersekolah, bersyukurlah. Kejar ilmu, jangan kejar nilai. Untuk biaya, udah ditanggung orang tua. Buat berangkat ke sekolah, dikasih motor oleh orang tua. Ada tugas, tinggal cari di internet. Yah begitulah namanya juga manusia, emang selalu terlena dengan kenikmatan dan gak pernah puas.

Di sini, kita sama-sama belajar. Gue pun sebenernya masih sering ngelakuin berbagai kesalahan. *tutup muka* Dan sekarang gue lagi dalam proses memperbaiki diri. Melihat fakta yang semacam itu bikin tersadar dan malu. Hadeuh... Ckck.

Hey hey hey, kalian, malu juga gak sih sama bocah-bocah SD yang semangat belajarnya tinggi dan penuh rasa perjuangan itu?

 Nah, maka dari itu, yuk sama-sama memperbaiki diri menjadi lebih baik. Mari kita buat Indonesia bangga. Ayo, kejar masa depan gemilang dengan cara yang bersih dan jujur serta dengan perjuangan dan keringat yang berharga! :D


- Nna -

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

1 comments: